The-Not-So-Overland Trip: Part 2

by - January 02, 2018


Day 3: 23 October 2017 - REP-HCMC
Di hari ketiga ini, kami full berada di jalanan. Karena niat awal memang ingin overland alias melakukan perjalanan antar-negara melalui jalur darat, akhirnya diputuskan rute yang dilalui adalah dari Siem Reap ke Ho Chi Minh City, Vietnam. Setelah browsing sana sini, akmi menemukan bahwa ada dua agen bus terpercaya yang biasanya dipakai travelers untuk overland Kamboja-Vietnam, yaitu Giant Ibis dan Mekong Express. Dua agen bus ini memiliki website yang cukup informatif dan juga menyediakan pemesanan secara online jadi jika takut kehabisan seat dan bikin itinerary buyar, bisa banget booking in advance melalui websitenya. Kami pun memesan tiket bus Mekong Express ini secara online and it's pretty convenient karena tidak perlu repot memesan lagi ketika disana. Sehari sebelum keberangkatan, kami menelepon kantor bus Mekong Express untuk meminta dijemput di hostel agar kami tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk menuju kantornya yang jaraknya juga lumayan dari hostel. Mereka menyediakan kok, jasa free pick-up, asal menghubungi pihak travel sehari sebelumnya melalui telepon. Lumayan sekali kan bisa menghemat beberapa dolar. Bisa dipakai belanja skincare #eh.

Karena bus dijadwalkan akan berangkat pukul 07.30, kami otomatis harus bangun pagi dan bersiap-siap untuk dijemput dari hostel. Awalnya saya mengira bus yang digunakan yang menjemput ke hostel adalah bus yang juga akan dipakai ke HCMC, tapi ternyata kami dijemput untuk di drop ke kantor Mekong Express dimana bus untuk ke HCMC sudah menunggu. Setelah check-in dan meletakkan bawaan ke dalam bagasi bus, kami menunggu sebentar dan bus berangkat tepat pukul 08.00.

Kondisi bus Mekong Express. Ga jelek, tapi ga yang bagus banget juga.
Mba-mba guide yang ngomong Inggrisnya kayak orang kumur-kumur. Gpp. You've worked had mb.

Lumayan buat ganjel perut. Kalo minumnya kurang boleh nambah.
Total perjalanan yang ditempuh dari Siem Reap ke HCMC kurang lebih 14 jam dengan 2x istirahat untuk ke toilet dan makan. Oh iya, bus ini tidak langsung menuju HCMC namun transit dulu di Phnom Penh, ibukota Kamboja, untuk berganti bus. Dari pihak bus menyediakan snack dan juga air mineral. Lumayan untuk mengganjal perut. Tapi ada salah satu roti yang isinya daging dan karena tidak tahu itu jenis daging apa jadi yang bisa dimakan cuma muffinnya aja. Sekitar pukul 2 siang kami tiba di Phnom Penh dan berhenti di kantor Mekong Express cabang Phnom Penh untuk menunggu bus yang akan membawa kami melanjutkan perjalanan ke HCMC.

Setelah transit selama kurang lebih 30 menit, kami melanjutkan perjalanan dan melewati pusat kota Phnom Penh yang terletak di pinggiran Mekong Delta dan ternyata bagus juga. Sayang sekali kami harus melewatkannya karena diburu waktu. Setelah tidur, bangun, tidur, ngemil, tidur, bangun lagi untuk kesekian kalinya, sekitar pukul 7 malam kami tiba di border Kamboja-Vietnam. Untuk pengecekan paspor di border kamboja, kami hanya perlu turun dari bus dengan membawa paspor untuk distempel keluar dari Kamboja. Penumpang bus hari itu tidak terlalu banyak sehingga juga tidak perlu mengantri lama. Setelah proses di imigrasi selesai kami lanjut ke border Vietnam, dimana kali ini paspor dikumpulkan oleh kondektur bus dan ditarik biaya sebesar $3 per orang. Sewaktu turun kami juga perlu membawa barang bawaan termasuk bagasi. Setelah paspor distempel oleh petugas, akan dipanggil sesuai dengan nama di paspor lalu lanjut ke scan bagasi dan selesai.

Beres urusan imigrasi, perjalanan masih berlanjut dan sekitar pukul 21.00 kami tiba di Ho Chi Minh. Bus berhenti di Pham Ngu Lao Street yang merupakan daerah backpacker di Ho Chi Minh. Mengandalkan screenshot dari Google maps hasil menumpang wifi di kantor Mekong Express, kamipun berjalan mencari hotel tempat kami menginap selama 2 hari kedepan yaitu Hongkong Kaiteki Hotel. Setelah sempat salah gang, akhirnya kami menemukan juga hotelnya yang lumayan dekat dengan jalan raya dan di depannya ada restoran india halal! Sayang waktu itu lupa foto bagian depan hotelnya.


Bentuk capsule hotelnya. Lucu kan
Hongkong Kaiteki ini kapsul hotel jadi lucu aja dapet pengalaman baru nginep di hotel kapsul. Begitu masuk hotel langsung disapa resepsionisnya karena mungkin udah ditungguin kali ya dari siang kok ga dateng-dateng hahahaha *geer*. Setelah check in beres, kami diberi handuk dan sandal untuk didalam hotel. Karena ini hotel kapsul jadi ga ada kuncinya heheu. Lalu oleh petugas kami diantar ke lantai 5 dimana Ladies' capsules berada. Setelah beres-beres sebentar, kami keluar hotel untuk cari makan. Sewaktu nanya resepsionis apakah ada money changer yang masih buka, ternyata mereka terima jasa penukaran uang juga. Yasudah, jadilah kami tukar uang di resepsionis dan tidak perlu ribet mencari money changer.

Setelah makan, kami lalu lanjut jalan-jalan sebentar ke Bui Vien Street Walk. Di kanan-kiri jalan ini berjejer pub dan bar-bar yang tamunya sampai keluar-luar nongkrongnya. Rame banget pokoknya. setelah jalan ke ujung jalan dan tidak menemukan apa-apa lagi, kami pun putar balik untuk kembali ke hotel dan istirahat karena capek seharian di bus dan besok paginya harus bangun pagi untuk ikut tur ke Cu Chi Tunnel.

Day 4: 24 October 2017 - HCMC
Plan untuk hari keempat ini kami akan mengunjungi Cu Chi Tunnel selama setengah hari lalu lanjut berkeliling ke main attractions di Ho Chi Minh. Untuk ke Cu Chi Tunnel kami memutuskan untuk memesan paket tur dari The Sinh Tourist, salah satu travel agen terpercaya di Vietnam, karena lagi-lagi pertimbangannya adalah waktu. Untuk paket half-day tour dikenakan biaya sebesar VND 109.000 atau sekitar IDR 65.000 per orang, tapi belum termasuk tiket masuk Cu Chi Tunnel sebesar VND 110.000.  Setelah kurang lebih 45 menit perjalanan, kami tiba di Cu Chi Tunnel. Dong, tour guide kami bercerita mengenai Cu Chi Tunnel dimana terowongan itu adalah salah satu usaha tentara Vietkong untuk bertahan hidup dan berperang melawan penjajah Amerika. Kata Dong, tour guide kami hari itu, tentara-tentara Vietkong hidup di bawah tanah dan di tunnel yang sempit itu selama 20 tahun. Bener-bener deh perjuangannya buat melawan penjajah ya.


Pintu masuk ke tunnel. Kecil banget kan?

Temanku, Aisyah, coba masuk ke dalamnya.
Lubang masuk ke terowongan itu bener-bener dibikin hanya bisa memuat satu laki-laki Asia dewasa. Jadi tentara Amerika yang ukuran badannya rata-rata lebih besar dari tentara Vietkong saat itu jelas ga bakalan bisa kalo mau masuk ke terowongan itu. Trus ada simulasi juga buat nyoba masuk terowongannya, ada yang sedalem 20 meter, 40 meter, dan 100 meter. Awalnya kami mau coba yang 40 meter tapi buset baru masuk 10 detik rasanya udah sesek banget saking sempitnya. Jalan juga harus nunduk, makin kerasa lah pengapnya. I'm not a claustrophobic actually, tapi bener-bener sumpah begitu masuk rasanya langsung sesek ditambah kondisi di dalem tunnel yang lembap dan minim udara pula. Akhirnya cuma nyobain yang 20 meter karena udah ga bisa nafas di dalem. Mau nangis banget gimana orang bisa hidup di tempat kaya gitu selama 20 tahun meanwhile saya yang baru masuk sebentar aja udah megap-megap.

Yang bikin saya amazed, fasilitas yang ada di dalam tunnel ini terbilang cukup lengkap, mulai dari ruang perawatan medis, dapur, ruang rapat, bahkan ada saluran udara dan saluran air yang dibangun sedemikian rupa agar mereka bisa bertahan hidup di dalam terowongan itu. Gila sih ngebayanginnya aja nggak sanggup. Selain itu, kami juga diajak melihat trapdoor yang dibuat tentara Vietkong untuk menjebak musuh, dan juga senjata-senjata yang dipakai untuk melawan tentara Amerika. Setelah cukup berkeliling, kami diajak untuk menikmati makanan yang katanya biasa dimakan para tentara Vietkong ketika perang dulu. Dikira bakal dikasih apa, ga taunya yang disuguhin ke kami adalah... SINGKONG REBUS. Ya bener, jauh-jauh main ke Vietnam ujung-ujungnya disuguhi singkong rebus yang dicocol ke gula campur kacang tumbuk wk.

Kalo yang begini sih di rumah juga ada -___-
Tour kami hari itu diakhiri dengan menonton film dokumenter mengenai sejarah perang Vietnam dan bagaimana mereka melawan tentara Amerika. Setelah film selesai dijelaskan juga bagaimana Cu Chi Tunnel dibangun dan ada maket yang menggambarkan jalur-jalur yang ada di dalam tunnel. Selain itu, mbak-mbak yang presentasi juga ngasih lihat alat-alat yang dipakai untuk membangun tunnel dan senjata-senjata apa saja yang dipakai tentara Vietkong untuk melawan tentara Amerika. Setelah dari pendopo menuju jalan keluar, ada juga tempat untuk mencoba senapan yang dipakai perang. Senapan beneran dan pake peluru beneran. Cuma untuk mencoba senjata itu harus bayar lagi which is a big no for gembel like us LOL. Sekitar pukul 12.30 kami pun kembali ke bus untuk diantar kembali ke kantor Sinh Tourist.

Map Cu Chi Tunnel. source






jenis-jenis senjata dan trapdoor yang dipakai melawan penjajah
Setelah selesai tour Cu Chi Tunnel, kami memutuskan untuk kembali ke hostel untuk sholat dan istirahat sebentar. Oiya, hari itu untuk makan siang kami memutuskan makan di restoran india seberang hostel yang terjamin kehalalannya. Agak sorean ketika matahari sudah tidak terlalu terik, kami pun keluar untuk berjalan-jalan mengunjungi beberapa main attractions di Ho Chi Minh. Enaknya di HCMC ini adalah kebanyakan tempat-tempat pentingnya terpusat di satu daerah yaitu di Distrik 1 yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Karena kami adalah tim travelers kere hore ya tentu aja nggak akan membuang-buang uang untuk naik kendaraan semacam grab atau taksi selama jarak tempat yang mau dikunjungi  bisa ditempuh pakai kaki. Yah walaupun malamnya harus nempel koyo banyak-banyak wk.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Benh Tanh Market yang merupakan tempat membeli oleh-oleh dan souvenir khas Vietnam. Jika membeli souvenir disini harus punya kemampuan tawar-menawar yang bagus karena mereka mematok harga awal yang cukup tinggi dan bahkan menurutku tidak masuk akal. Kalau bisa tawar sampai sepertiga harga yang disebutkan mereka dan keluarkan berbagai macam rayuan dan kalkulator agar dapat harga yang bagus. Jangan terpatok pada satu penjual saja karena kios di pasar ini ada ratusan jadi jika penjual kekeuh tidak mau menurunkan harga jualannya, pindah saja ke toko lain karena rata-rata barang yang dijual juga hampir sama.

Benh Tanh Market
Setelah capek ngotot menawar harga souvenir di Benh Tanh, kami pun lanjut jalan ke Independence Palace. Namun karena kami kesorean, Palace nya sudah tutup dan tidak terima orang untuk masuk lagi. Jadi kami foto-foto sebentar di depan gerbangnya dan memutuskan untuk kembali lagi besok paginya. Dari Independence Palace kami meneruskan perjalanan ke Central Post Office dan Katedral. Bangunan-bangunan di HCMC ini kebanyakan peninggalan jaman kolonial Perancis jadi arsitektur bangunannya juga Perancis banget.

Next stop kami adalah Notre Dame Basilica Cathedral. Katedral ini masih berfungsi aktif sebagai tempat ibadah sampai sekarang. Gereja katolik ini dibangun juga pada saat masa penjajahan Perancis dan dibuat mirip-mirip kaya Notre Dame yang di Paris. Di katedral ini kami cuma foto-foto aja di depan dan samping bangunannya karena saat itu gereja sedang tidak dibuka untuk umum jadi ga bisa masuk ke dalamnya.

Notre Dame Cathedral
Dari Katedral, kami melipir ke Saigon Central Post Office, yang gedungnya masih cukup bagus dan terawat, serta masih berfungsi aktif sebagai tempat pengiriman surat dan paket. Begitu masuk ke dalam kantor pos ini kita bakalan dismbut dengan langit-langit yang tinggi, serta potret besar Uncle Ho yang ada di ujung ruangan. Di kanan kiri dekat pintu masuk ada juga tempat jual souvenir khas Vietnam, tapi kami nggak masuk karena udah tau harganya pasti diatas rata-rata. wk. Ada juga bilik-bilik bekas telepon umum tapi sudah dialihfungsikan sebagai bilik ATM.







Puas foto-foto dan menumpang wi-fi sebentar di kantor pos untuk akses internet, kami kembali ke Katedral, berharap bahwa bangunannya akan terlihat lebih bagus di malam hari karena ada lampu-lampunya jadi kami nongkrong sembari menunggu gelap di depan katedral. Tapi ternyata lampunya nggak dinyalakan, jadi sia-sialah nongkrong kami hari itu hahahaha.

Setelah gagal mendapatkan night view katedral, kami memutuskan kembali ke daerah Benh Tanh Market untuk mengisi perut. FYI, di daerah Benh Tanh ini banyak banget berjejer restoran halal yang menjual makanan khas Vietnam seperti pho dan spring roll. Jadi bahagia banget nggak perlu kerepotan cari tempat makan yang halal dan tetap bisa menikmati makanan khas Vietnam juga. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, kami memutuskan memilih restoran yang bernama Halal Amin sebagai tempat dinner hari itu. Kami memesan pho dan spring roll. Oiya, di restoran ini kami ketemu pasangan suami istri dari Malaysia, yang duduk di sebelah meja kami dan menyapa kami, karena disangka kami juga orang Malaysia. Trus juga ditanyain ngapain ke Vietnam dan apakah kami masih kuliah lol lansung berasa awet muda gara-gara dibilang masih kuliah :))).

Pho ini adalah mi sapi khas Vietnam. Mi nya terbuat dari tepung beras yang disebut banh po. Mie ini diberi topping daging sapi yang diiris tipis lalu disiram dengan kuah kaldu. Rasanya enak banget dan cocok buat lidah orang Indonesia. Selain pho, kami juga memesan spring roll. Spring roll ini isinya udang, tauge, telur, dan daun yang dibungkus dengan rice paper. Rasanya sebenernya enak, tapi karena ada sejenis daun yang kami ga tau namanya, dan daun tersebut agak pahit, jadi makannya harus milihin daun itu dulu biar rasanya bener dikit LOL. Setelah makan kami nongkrong sebentar ke Highlands Coffee untuk ngemil dessert dan mencicipi kopi vietnam.





Setelah kenyang, kamipun memutuskan untuk kembali ke hostel karena sudah capek dan badan perlu istirahat karena besok kami berencana melanjutkan keliling city tour HCMC dan siangnya harus berangkat ke Mui Ne.

Gotta continue on the next post. Adios!

You May Also Like

0 comments