The-Not-So-Overland Trip: Part 1

by - December 18, 2017


Pingin ketawa sendiri baca judulnya haha tapi memang demikian adanya.

So, this not-so-overland trip began with one random chat from a friend which says "jadiin lah yuk overland trip", in which I also randomly replied, "okay. so where do we go?". Kenapa not-so-overland? Karena memang nggak semua perjalanan kami tempuh via jalur darat karena apalagi kalau bukan keterbatasan waktu. Kalo mau beneran overland paling tidak butuh waktu 2 minggu which is sangat tidak mungkin dengan kondisi kami yang merupakan budak korporat dengan waktu cuti terbatas ini.

Jadi random chat tadi diseriusin dan akhirnya kami berdua memulai riset dan planning dan budgeting untuk menyusun itinerary kira-kira negara mana aja yang bisa dikunjungi dalam waktu yang terbatas. Setelah ngubek-ngubek internet sampe capek, akhirnya diputuskan bahwa kami akan ke 3 negara yaitu Kamboja, Vietnam dan Malaysia. Rute yang kami tempuh adalah Surabaya/Bali - KL - Siem Reap - Phnom Penh - Ho Chi Minh - Mui Ne - Ho Chi Minh - KL - Surabaya/Bali dengan total waktu 9 hari. Capek? Jangan ditanya. But it was all so fun I would do it again if I had the chance.

Day 1 - 21 October 2017 - SUB-KL
Finally the day has come! I have been so excited about this trip since months before so when the day has come I really cannot hide my happiness because I don't need to go to work when Monday come LOL. Jadi, karena kami tinggal di dua kota yang berbeda, maka diputuskan jika titik temu kami adalah bandara KLIA2 Kuala Lumpur. Saya berangkat dari Surabaya dan dua teman saya berangkat dari Denpasar. Hari pertama ini tujuan kami tidak kemana-mana karena memang hanya dimaksudkan untuk transit menunggu pesawat dari KL ke Siem Reap keesokan paginya. Jadi kami mengambil flight sore ke KL untuk kemudian menginap di bandara.

Setelah diresein sama mba-mba imigrasi Juanda yang sok-sok galak nanya-nanya saya mau ngapain ke KL sendirian sampe disuruh ke ruang interview segala, akhirnya saya bisa tiba dengan selamat di KL. Untungnya di imigrasi KL ga diresein pakcik-pakcik imigrasi juga. Saya tiba lebih dulu di Kuala Lumpur karena saya mengambil flight yang lebih sore dari dua teman saya yang berangkat dari Denpasar. Tujuan pertama setelah menginjakkan kaki di KLIA2 tentu saja adalah SUBWAY! I've been craving for this sandwich for months and finally I can eat it again. Setelah menunggu cukup lama karena ternyata pesawatnya delay, dua teman saya akhirnya sampai juga. Gak, gak ada adegan peluk-peluk kayak Rangga sama Cinta disini.



Setelah makan dan dan sholat, kami berkelana di departure hall KLIA2 untuk mencari space atau kursi kosong yang bisa digunakan untuk tidur. Akhirnya kami menemukan sederet kursi di lantai 2 Pintu Masuk ke gate P dan Q. Sebenernya kursi yang lowong banyak tapi rata-rata kursinya ada pegangan tangannya di tengah jd ga bisa buat selonjoran. We did try to sleep tapi cuma bisa tidur sebentar mungkin sekitar 30 menit karena sumpah ac di KLIA2 dingin banget. Akhirnya kami menyerah karena ga kuat sama dinginnya lalu akhirnya nongkrong dan ngobrol konsultasi skincare di sebelah colokan sambil meringkuk kedinginan. Kampung sekali memang kena ac dikit aja gak kuat haha.
Gak bisa tidur gara-gara kedinginan, berujung konsultasi skin care jam 3 pagi


Om bule itu betah banget tidur melantai. Padahal dingin mampus.

Day 2 - 22 October 2017 - KL-REP

Setelah sholat subuh, kami langsung mengantri check in dan terbang dengan lancar tanpa drama ke Siem Reap. Ada hal yang lucu di penerbangan ke Siem Reap ini. Sewaktu mau mengantri turun dari pesawat setiba di Siem Reap, ada ibu-ibu yang sepertinya keturunan India-Melayu yang curious dan bertanya tujuan kami ke Siem Reap. Ya kami jawab seadanya mau liburan dan melihat Angkor Wat. Ibu itu lalu geleng-geleng kepala dan berkata, "berani ya kalian main-main kesini." lalu kami hanya tertawa. Mungkin dia heran karena Siem Reap memang bukan merupakan tujuan wisata yang umum dan lagi kami juga kesana sendiri tanpa ikut rombongan group tour atau semacamnya.

Welcome to Cambodia :D
Setelah beres urusan imigrasi, kami keluar bandara dan sudah ada driver tuk-tuk dari Tropical Breeze Guest House yang menunggu kami di pintu keluar. Jika ingin mengunjungi Siem Reap ada baiknya memesan penginapan yang menyediakan jasa free airport pick-up. Lumayan tidak perlu repot-repot lagi mencari kendaraan. Driver kami namanya Tuen. Dia ini baik sekali dan yang penting pronunciation bahasa inggrisnya jelas dan bisa dimengerti :)) yah walaupun dia juga bikin jantung hampir copot karena baru juga 5 menit di Siem Reap sudah hampir menabrak bus -__- nyetirnya savage sekali dan hobi banget ngepot-ngepot. Yaudah sih untung ya cuma sehari disini.

Ini Tuen, bukan mau terbang, tapi mau belok.

Sesampainya di hostel, kami diperbolehkan untuk early check in sama petugasnya yang baik hati. Hostel ini ternyata juga menyediakan paket tour keliling Siem Reap, salah satunya Small Tour Angkor Wat. Akhirnya kami memesan paket tersebut seharga $18 (plus sunset). Biaya yang bisa dibilang murah karena dihitung per tuk-tuk dan ditanggung bertiga. Oh iya, harga Tour tadi belum termasuk entrance fee ya. Jadi sebelum tour, Tuen mengantar kami untuk membeli entrance pass komplek Angkor Wat. Nah, entrance pass ini lah yang mahal. Untuk one-day pass saja harganya $37 atau sekitar IDR 400.000.

Tiket seharga $37 untuk melihat batu
Setelah istirahat sebentar, sehabis dhuhur kami berangkat untuk memulai small tour Angkor Wat,. This so called small tour was definitely not small because apparently it was so tiring. Takabur banget ya sok-sokan mau muterin Angkor Wat dalam setengah hari tapi baru nyampe candi ketiga udah ngos-ngosan dan banjir keringat karena ternyata untuk masuk ke dalam candinya harus jalan masuk lumayan jauh dan tuk-tuk cuma boleh nganter sampe gerbang terluar aja. Jadi pada akhirnya kami hanya mengunjungi candi besar macam Angkor Wat, Angkor Thom, Ta Phrom, Bayon, dan Phnom Bakheng dimana kami akan menyaksikan sunset, dan terpaksa skip candi yang kecil-kecil karena kaki sudah gempor dan ga bisa diajak kompromi lagi.

Komplek pertama yang kami kunjungi tentu saja adalah Angkor Wat. Ketika berjalan masuk komplek candi terlihat sepi pengunjung. Awalnya saya berpikir, "wah kok sepi amat apa gara-gara low season tapi ga mungkin kalau sesepi ini". Eh ternyata, Tuen membawa kami masuk melalui bagian belakang candi, jadi terlihat sepi dan tidak banyak orang. Ada untungnya juga masuk lewat pintu belakang karena kami jadi bisa leluasa mengambil foto tanpa terganggu photobomber haha.


Angkor Wat tampak belakang
Angkor Wat tampak depan :))
Angkor Wat tampak depan agak samping
Selanjutnya, kami menuju Ta Phrom, yang terkenal karena menjadi salah satu tempat syuting film Lara Croft: Tomb Raider yang diperankan oleh Angelina Jolie. Selepas Ta Phrom, kami ke Angkor Thom, lalu ke Bayon, dan terakhir ke Phnom Bakheng yang ada di puncak gunung. Nah sesampai di Phnom Bakheng hanya 2 teman saya sang naik ke atas untuk melihat sunset karena kaki saya benar-benar sudah hampir mau copot rasanya ditambah dengan munculnya calluses di kaki yang bikin kaki perih bukan main kalau dipakai jalan. Jadi saya cuma menunggu di bawah sementara mereka berdua naik ke atas. Sekitar setengah jam kemudian mereka sudah turun dan ternyata katanya tidak bisa naik ke candi karena jumlah orang dibatasi hanya 300 orang sekali naik dan ketika sunset sudah mau habis tapi yang diatas pada nggak sadar diri kalo ditungguin dan belum mau turun juga.

Ta Phrom Entrance

Ta Phrom


Bayon

Bayon
Sunset dari kaki Phnom Bakheng
Ga bisa naik karena yg di atas ga mau turun LOL

Perjalanan kami hari itu berkahir dengan jajan pancake di parkiran gajah di seberang Phnom Bakheng sebelum kembali ke hostel untuk istirahat karena harus melanjutkan perjalanan ke Vietnam keesokan harinya. 

Kalau ingin berkunjung ke Angkor Wat, lupakan jika punya niat untuk mengelilingi komplek candi dengan jalan kaki karena luas keseluruhannya sekitar 162 hektar yang kira-kira hampir seluas kota Yogyakarta. Awalnya kami berpikir ngapain juga ya sampai ada 3-day-pass bahkan 7-day-pass segala tapi ternyata memang kompleknya seluas itu dan kalau niat mengunjungi setiap candinya memang jelas butuh waktu yang lebih dari sehari. Tapi untuk kami yang niat kesana sebagai turis, bukan sebagai arkeolog atau sejarawan, one-day-pass memang yang paling ideal karena ya pasti akan bosan juga ngapain 3 hari sampai seminggu keliling yang dilihat juga candi lagi, candi lagi. Kalau punya waktu lebih lama berkunjung ke Siem Reap, biar ga gempor, ambil paket tour yang full-day jadi lebih bisa menikmati dan ga ngos-ngosan kayak kami :))

The story will be continued on the next post yaa. Adios!

You May Also Like

0 comments