Pingin ketawa sendiri baca judulnya haha tapi memang demikian adanya.

So, this not-so-overland trip began with one random chat from a friend which says "jadiin lah yuk overland trip", in which I also randomly replied, "okay. so where do we go?". Kenapa not-so-overland? Karena memang nggak semua perjalanan kami tempuh via jalur darat karena apalagi kalau bukan keterbatasan waktu. Kalo mau beneran overland paling tidak butuh waktu 2 minggu which is sangat tidak mungkin dengan kondisi kami yang merupakan budak korporat dengan waktu cuti terbatas ini.

Jadi random chat tadi diseriusin dan akhirnya kami berdua memulai riset dan planning dan budgeting untuk menyusun itinerary kira-kira negara mana aja yang bisa dikunjungi dalam waktu yang terbatas. Setelah ngubek-ngubek internet sampe capek, akhirnya diputuskan bahwa kami akan ke 3 negara yaitu Kamboja, Vietnam dan Malaysia. Rute yang kami tempuh adalah Surabaya/Bali - KL - Siem Reap - Phnom Penh - Ho Chi Minh - Mui Ne - Ho Chi Minh - KL - Surabaya/Bali dengan total waktu 9 hari. Capek? Jangan ditanya. But it was all so fun I would do it again if I had the chance.

Day 1 - 21 October 2017 - SUB-KL
Finally the day has come! I have been so excited about this trip since months before so when the day has come I really cannot hide my happiness because I don't need to go to work when Monday come LOL. Jadi, karena kami tinggal di dua kota yang berbeda, maka diputuskan jika titik temu kami adalah bandara KLIA2 Kuala Lumpur. Saya berangkat dari Surabaya dan dua teman saya berangkat dari Denpasar. Hari pertama ini tujuan kami tidak kemana-mana karena memang hanya dimaksudkan untuk transit menunggu pesawat dari KL ke Siem Reap keesokan paginya. Jadi kami mengambil flight sore ke KL untuk kemudian menginap di bandara.

Setelah diresein sama mba-mba imigrasi Juanda yang sok-sok galak nanya-nanya saya mau ngapain ke KL sendirian sampe disuruh ke ruang interview segala, akhirnya saya bisa tiba dengan selamat di KL. Untungnya di imigrasi KL ga diresein pakcik-pakcik imigrasi juga. Saya tiba lebih dulu di Kuala Lumpur karena saya mengambil flight yang lebih sore dari dua teman saya yang berangkat dari Denpasar. Tujuan pertama setelah menginjakkan kaki di KLIA2 tentu saja adalah SUBWAY! I've been craving for this sandwich for months and finally I can eat it again. Setelah menunggu cukup lama karena ternyata pesawatnya delay, dua teman saya akhirnya sampai juga. Gak, gak ada adegan peluk-peluk kayak Rangga sama Cinta disini.


Setelah makan dan dan sholat, kami berkelana di departure hall KLIA2 untuk mencari space atau kursi kosong yang bisa digunakan untuk tidur. Akhirnya kami menemukan sederet kursi di lantai 2 Pintu Masuk ke gate P dan Q. Sebenernya kursi yang lowong banyak tapi rata-rata kursinya ada pegangan tangannya di tengah jd ga bisa buat selonjoran. We did try to sleep tapi cuma bisa tidur sebentar mungkin sekitar 30 menit karena sumpah ac di KLIA2 dingin banget. Akhirnya kami menyerah karena ga kuat sama dinginnya lalu akhirnya nongkrong dan ngobrol konsultasi skincare di sebelah colokan sambil meringkuk kedinginan. Kampung sekali memang kena ac dikit aja gak kuat haha.

Gak bisa tidur gara-gara kedinginan, berujung konsultasi skin care jam 3 pagi

Om bule itu betah banget tidur melantai. Padahal dingin mampus.

Day 2 - 22 October 2017 - KL-REP
Setelah sholat subuh, kami langsung mengantri check in dan terbang dengan lancar tanpa drama ke Siem Reap. Ada hal yang lucu di penerbangan ke Siem Reap ini. Sewaktu mau mengantri turun dari pesawat setiba di Siem Reap, ada ibu-ibu yang sepertinya keturunan India-Melayu yang curious dan bertanya tujuan kami ke Siem Reap. Ya kami jawab seadanya mau liburan dan melihat Angkor Wat. Ibu itu lalu geleng-geleng kepala dan berkata, "berani ya kalian main-main kesini." lalu kami hanya tertawa. Mungkin dia heran karena Siem Reap memang bukan merupakan tujuan wisata yang umum dan lagi kami juga kesana sendiri tanpa ikut rombongan group tour atau semacamnya.

Welcome to Cambodia :D

Setelah beres urusan imigrasi, kami keluar bandara dan sudah ada driver tuk-tuk dari Tropical Breeze Guest House yang menunggu kami di pintu keluar. Jika ingin mengunjungi Siem Reap ada baiknya memesan penginapan yang menyediakan jasa free airport pick-up. Lumayan tidak perlu repot-repot lagi mencari kendaraan. Driver kami namanya Tuen. Dia ini baik sekali dan yang penting pronunciation bahasa inggrisnya jelas dan bisa dimengerti :)) yah walaupun dia juga bikin jantung hampir copot karena baru juga 5 menit di Siem Reap sudah hampir menabrak bus -__- nyetirnya savage sekali dan hobi banget ngepot-ngepot. Yaudah sih untung ya cuma sehari disini.

Ini Tuen, bukan mau terbang, tapi mau belok.

Sesampainya di hostel, kami diperbolehkan untuk early check in sama petugasnya yang baik hati. Hostel ini ternyata juga menyediakan paket tour keliling Siem Reap, salah satunya Small Tour Angkor Wat. Akhirnya kami memesan paket tersebut seharga $18 (plus sunset). Biaya yang bisa dibilang murah karena dihitung per tuk-tuk dan ditanggung bertiga. Oh iya, harga Tour tadi belum termasuk entrance fee ya. Jadi sebelum tour, Tuen mengantar kami untuk membeli entrance pass komplek Angkor Wat. Nah, entrance pass ini lah yang mahal. Untuk one-day pass saja harganya $37 atau sekitar IDR 400.000.

Tiket seharga $37 untuk melihat batu

Setelah istirahat sebentar, sehabis dhuhur kami berangkat untuk memulai small tour Angkor Wat,. This so called small tour was definitely not small because apparently it was so tiring. Takabur banget ya sok-sokan mau muterin Angkor Wat dalam setengah hari tapi baru nyampe candi ketiga udah ngos-ngosan dan banjir keringat karena ternyata untuk masuk ke dalam candinya harus jalan masuk lumayan jauh dan tuk-tuk cuma boleh nganter sampe gerbang terluar aja. Jadi pada akhirnya kami hanya mengunjungi candi besar macam Angkor Wat, Angkor Thom, Ta Phrom, Bayon, dan Phnom Bakheng dimana kami akan menyaksikan sunset, dan terpaksa skip candi yang kecil-kecil karena kaki sudah gempor dan ga bisa diajak kompromi lagi.

Komplek pertama yang kami kunjungi tentu saja adalah Angkor Wat. Ketika berjalan masuk komplek candi terlihat sepi pengunjung. Awalnya saya berpikir, "wah kok sepi amat apa gara-gara low season tapi ga mungkin kalau sesepi ini". Eh ternyata, Tuen membawa kami masuk melalui bagian belakang candi, jadi terlihat sepi dan tidak banyak orang. Ada untungnya juga masuk lewat pintu belakang karena kami jadi bisa leluasa mengambil foto tanpa terganggu photobomber haha.

Angkor Wat tampak belakang

Angkor Wat tampak depan :))

Angkor Wat tampak depan agak samping

Selanjutnya, kami menuju Ta Phrom, yang terkenal karena menjadi salah satu tempat syuting film Lara Croft: Tomb Raider yang diperankan oleh Angelina Jolie. Selepas Ta Phrom, kami ke Angkor Thom, lalu ke Bayon, dan terakhir ke Phnom Bakheng yang ada di puncak gunung. Nah sesampai di Phnom Bakheng hanya 2 teman saya sang naik ke atas untuk melihat sunset karena kaki saya benar-benar sudah hampir mau copot rasanya ditambah dengan munculnya calluses di kaki yang bikin kaki perih bukan main kalau dipakai jalan. Jadi saya cuma menunggu di bawah sementara mereka berdua naik ke atas. Sekitar setengah jam kemudian mereka sudah turun dan ternyata katanya tidak bisa naik ke candi karena jumlah orang dibatasi hanya 300 orang sekali naik dan ketika sunset sudah mau habis tapi yang diatas pada nggak sadar diri kalo ditungguin dan belum mau turun juga.

Ta Phrom Entrance

Ta Phrom

Bayon

Bayon

Sunset dari kaki Phnom Bakheng

Ga bisa naik karena yg di atas ga mau turun LOL

Kalau ingin berkunjung ke Angkor Wat, lupakan jika punya niat untuk mengelilingi komplek candi dengan jalan kaki karena luas keseluruhannya sekitar 162 hektar yang kira-kira hampir seluas kota Yogyakarta. Awalnya kami berpikir ngapain juga ya sampai ada 3-day-pass bahkan 7-day-pass segala tapi ternyata memang kompleknya seluas itu dan kalau niat mengunjungi setiap candinya memang jelas butuh waktu yang lebih dari sehari. Tapi untuk kami yang niat kesana sebagai turis, bukan sebagai arkeolog atau sejarawan, one-day-pass memang yang paling ideal karena ya pasti akan bosan juga ngapain 3 hari sampai seminggu keliling yang dilihat juga candi lagi, candi lagi. Kalau punya waktu lebih lama berkunjung ke Siem Reap, biar ga gempor, ambil paket tour yang full-day jadi lebih bisa menikmati dan ga ngos-ngosan kayak kami :))

The story will be continued on the next post yaa. Adios!

I promised myself that in every trip I take I would be happy, even it is only for a day. And this bookstore hopping day is one of my way to make myself happy when in KL. Actually I've been putting bookstore-hopping in my agenda on my first visit Kuala Lumpur. I've told my friends too that I will spend a day on my own visiting bookstores. So, the last day in KL when they decided to go to Genting Highlands, I wandered around visiting bookstores.

Sun@mag KL Sentral

I felt like I found a hidden paradise the moment I stepped my two feet in the store. I came to know this bookstore from a bookstagrammer that post about this store when he visited KL. I decided to ask him where exactly this book located and he kindly explained it to me, So this book store has been on my place-to-go-list when in KL. This bookstore located in L2 KL Sentral Station. This place was surprisingly quiet even when it was located in the busiest station in KL. I guess not too many people realize that this place was also a bookstore because the front part of the store was a convenience store, so we have to go in further to know that there was a hidden gem inside it.

I spent about an hour strolling around, going back and forth from one shelf to another, found something interesting yet not interesting enough to convince me to take them home. The books there were mostly old books. You need to be really patient in scanning every book in every of the shelf because they don't do cataloging for the books so it's kind of chaotic haha. However, when you finally found something that really interesting and unexpected, it is going to feels like that you found a treasure.

Bookalicious, Subang Jaya

After lunch, I set off to Subang Jaya using LRT to find an indie bookstore called Bookalicious. I stumbled upon this bookstore when I was doing my research before the trip. Have been following their instagram account for awhile, and highly recommended by many bookstagrammers, I obviously wouldn't miss a chance to pay it a visit. When I said I want to go here my friends-slash-KL tour guides Lidya and Jien said that the location was very far, even passing the border of KL. But I decided to go anyway since the train route wasn't that complex I only need to hop on one train.

And here's when the drama started. When I was in front of a vending machine to buy LRT ticket, I mistakenly pressed the wrong destination station. I should be gotten off at USJ7 Station yet I pressed Subang Jaya Station which was two station away from USJ7. In the end I got off at Subang Jaya and buy another ticket to get to USJ 7 which was the right station.

After all the drama, I finally managed to find and set my feet in the bookstore. It was located inside a mall called The Summit Subang USJ which only 5 minutes walking distance from USJ 7 station. The moment I stepped inside the bookstore, I felt like all the drama was totally worth it since I fell in love right away. This bookstore gave me a soothing and calming feeling. Their collection was quite vary, from Literature to Fantasy and they also have almost all popular books. Their Harry Potter collection made me want to cry because I wanted to bring them home with me (which I totally can't) and their collectible classics collection was beyond awesome. The lady behind the counter was also super nice. Too bad I forgot to ask her name. This place is really worth to visit and I can't help but fall in love with this place.

Kinokuniya, Suria KLCC


This one is on the top of my list of places I want to go when in KL. I've been told by some of my bookworm friends that this is truly a heaven on earth. The moment I entered the store, I felt like I don't want to go out... like forever :)) I've been to Kinokuniya Plaza Senayan in Jakarta, but this one's even bigger. What makes it far better is that there are some bench provided in the store to read, with a view facing KLCC Park & Fountain. How could you resist this combination? I swear if I could I would set up a tent and camp here for days. I came here twice yet I feel like I can come back here thousand times more because I can just sit there, read, and ignore the world.

The view of people reading books in every corner is a common view we can see in Kinokuniya KLCC. We can sit on the exact same place for hours, even we can finish the whole book, yet we won't get scolded by the storekeeper. There will be no pakcik-pakcik sekuriti who will stare at us with paapaan-ni-orang-baca-doang-tapi-ga-beli look. To be honest, I got to read some chapter of Harry Potter and the Cursed Child here too hahaha. Too bad I can't finish the whole book since it's getting late and I have to go back to the apartment. People can read books so easily here because most, or maybe all of the books here are not sealed. They don't have plastic covers for the books like bookstores in Indonesia so we can freely read them or check the pages before we buy it. Already missed the place a little too much and hope to be back asap with loads of money so I can buy all the books I want :))

Times Bookstore, Pavilion Mall Bukit Bintang

This one was actually unexpected. From KLCC I hopped on a GoKL free shuttle bus to Bukit Bintang because I want to go to Daiso that was located in Pavilion Mall Bukit Bintang. I was busy looking for signage and pakcik-pakcik sekuriti to help me find Daiso because the mall was ridiculously super duper extra big when my eyes caught this beautiful place. Their collection is similar to Bookalicious with slightly higher price. I couldn't spend much time here because I still need to look for Daiso and it was also getting darker. So I only briefly scanned the shelves, took some pictures, and continued to look for Daiso which was my main reason for being there. I will definitely going back there when I come back to KL.

So that was how I spent my last day in KL, which was the happiest day among all the five-days trip. I am only lucky because the public transportation in KL is well-organized I'm not even lost my way too much when I am totally bad at reading maps and following directions. Wandering around in a totally new place, with only a guide from friend's Line chat, depending on Pakcik security, Cleaning Service guy and even strangers so much to find the right way, endless walking that end up making me putting koyo all over my legs, were such a great experience I want to do it again someday.

Adios!

Percakapan diatas sering banget kejadian sewaktu saya upload foto liburan di Instagram atau check in location di Path. Hampir selalu saya dapet komen kayak gini padahal itu late post foto liburan udah dari kapan tau hahahaha. Atau ngga waktu pergi ke Jogja pas long weekend seperti berjuta-juta orang lainnya (nasib pegawai bisa liburan cuma kalo long weekend doang hiks).

Buat yang sering komenin saya kaya gitu, saya tuh sebenernya bukan ga mau ngajak. Tapi buat saya, choosing the right travel mate(s) is extremely important. Memilih teman perjalanan ini memang tricky karena travel mate bisa menentukan apakah perjalanan yang dilakukan berakhir sedih atau bahagia. Lebay? Kesannya emang lebay, tapi ini memang bener banget. Dimana-mana, orang pergi liburan biar seneng. Tapi, traveling yang seharusnya bikin bahagia bisa malah bikin bete dan kesel karena teman jalan yang rese. Personally saya pernah mengalami kejadian dimana travel mates saya rese abis bikin bad mood melulu karena susah diajak kompromi perihal budget traveling. Jadinya mood untuk traveling menguap sebagian digantikan oleh kebetean yang tidak berujung. Pada akhirnya saya ngalah aja dan milih buat jalan sendiri seharian penuh demi hati biar tetep hepi. Bener emang kata orang kalo "traveling together reveals one's true self".

Mungkin kejadian itu juga yang bikin ngerasa kalo memang lebih baik jalan atau pergi liburan sendiri daripada badmood karena berselisih paham sama temen jalan. Hal lain yang bikin males ngajak-ngajak temen kalo pergi liburan adalah karena ribet. Sering kejadian, mau rencana liburan, temen minta diajak, diiyain, diplanningin segala macem dari A-Z, ujung-ujungnya nggak jadi ikut karena pada ribet sama urusan masing-masing. Then my effort will be useless. Fuh. Tau gitu kan yaudah berangkat sendiri aja dari awal ngga capek -capek planning segala macem. Padahal saya juga seringnya kalu mau pergi itu dadakan. Spontan aja gitu. Kalo lagi tiba-tiba kepengen pergi yaudah cari tanggal, cari tiket, berangkat. Nah kalo mau ngajak temen banyakan susah nyamain waktu, karena nggak semua orang jadwalnya fleksibel. Masalah waktu ini emang susah sih, karena prioritas orang juga beda-beda.

Karena itulah, penting memilih travel mates yang punya interest, mindset, dan style traveling yang sama dengan kita. When my principal of traveling is budget-friendly traveling a.k.a traveling kere hore, I definitely can't go with people whose hobby is shopping-slash-fancy-traveling. Saya bukan tipe pejalan yang kalo pergi bawa koper segede koper haji dan yang liburan for the sake of social media. Jadi kalo kamu tipe pejalan yang hobi belanja dan perginya ke tempat-tempat fancy dan hits buat upload ke Instagram/instastory, jelas dong kamu ga cocok sama saya. No, I'm not saying that this kind of traveling style is bad ya. The definition of traveling is different for everyone anyway. It's okay kalo memang traveling style nya begitu ya ga masalah, but this kind of people is definitely not the right travel mates for me.

Another thing to keep in mind is, your best friends are not necessarily your best travel mates. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa sahabat atau teman baik selama bertahun-tahun adalah teman perjalanan terbaik karena sudah memahami satu sama lain. Tapi sayangnya tidak selalu demikian. Bisa jadi, definisi traveling dan preferensi perjalanan masing-masing bertolak belakang sehingga tidak cocok untuk traveling bersama. Bahkan kadang jalan sama sahabat yang beda gaya traveling malah justru bikin hubungan pertemanannya retak dan renggang karena nggak sepaham. Ada kejadian kayak gini? Ada banget dan udah banyak orang yang mengalami hal kayak gini.

Jadi, saya mending dinyinyirin karena jalan-jalan liburan sendirian daripada mengorbankan kebahagiaan saya hahaha. Saya sebenernya nggak masalah pergi bareng temen, asal ga ribet. Jadi kalau kamu yakin kamu sanggup jadi temen jalan saya, punya mindset, interest dan gaya traveling yang sama kayak saya, ya ayo aja kalu mau jalan. Kalo orang bilang "yang penting bukan kemana, tapi sama siapa" itu emang bener banget, karena mau sebagus apapun destinasi liburannya, bisa jadi liburan terburuk kalau perginya nggak sama orang yang tepat.

So, go find your right travel mate(s)!